Minggu, 10 Mei 2009

Bekerja dengan Hati, Merancang dengan Emosi

Pada saat titik jenuh itu datang, bekerja seakan menjadi rutinitas yang hadir tanpa makna. Hari-hari yang dilalui dengan aktivitas kerja, yang pada awalnya hanyalah bertujuan untuk menopang hidup. Sebagai bekal dunia, begitulah.

Ada banyak pergeseran persepsi terkini tentang makna bekerja. Orang sudah melampaui makna awalnya, tidak sekedar mencari uang sebagai bekal dunia, tapi prestise, harga diri, kekayaan, kepuasaan, jabatan, kekuasaan, ketenaran ah..entah apa lagi.  Manusia tidak lagi cukup dengan pemenuhan kebutuhan hidup, kebutuhan manusia semakin lama semakin absurd, tidak terjangkau. Tidak ada lagi kepuasan ekonomi apalagi kepuasan batin.

Semakin sedikit dari kita yang merasa puas dengan hasil yang dicapai. Standar hidup semakin meningkat. Tuntutan hidup semakin tak terukur.  Hidup dikejar-kejar target yang melambung, waktu menjadi tidak cukup 24 jam. Dunia berutar dan terus berputar tanpa kita sadari di mana sekarang kita berdiri.

Di tengah kesesakan ini, kembali menemukan kata hati adalah satu jalan yang bisa kita cari. Setiap langkah kerja yang kita tekuni memerlukan rentetan pemikiran, tidak sekedar melakukan rutinitas yang dibebankan. Bekerja dengan hati, mungkin itu kata yang tepat. Bekerja dengan  hati tidak hanya membuat kita merasa menjadi pekerja yang harus melakukan berbagai tanggung jawab, namun lebih pada mencoba untuk memahami apa yang kita lakukan, mencari sisi menarik dari apa yang kita kerjakan sehingga akan tumbuh rasa cinta pada tugas dan pekerjaan. Bekerja dengan hati akan melampaui kinerja kinestetik yang hanya mengandalkan otot, karena setiap pekerjaan membutuhkan olah pikiran.

Hati akan membawa kita pada pencarian kepuasan yang berorientasi pada kepuasan hati, kepuasan batin, bukan pada kepuasan materi, jabatan, kekuasaan bahkan ketenaran. Tekanan akan selalu ada. Karena kondisi underpressure jika kita maknai dengan sepenuh hati adalah sebuah tantangan yang harus kita cari jalan pemecahannya. Semakin kita dalam lingkungan yang menantang olah otak dan pikiran akan membuat kita semakin kreatif menciptakan ide baru, mencari peluang bari dan akhirnya ada karya baru.

Melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati akan membuat emosi kita menjadi lebih tertata. Meski  bekerja merupakan pola interaksi intra personal yang mengharuskan kita belajar untuk mengendalikan diri dan belajar menghargai orang lain. Di sinilah kita dituntut untuk terus belajar dan belajar menjadi manusia yang pandai membaca situasi, pandai mengolah emosi dan pandai mencari kreativitas diri.   Kepuasan batin itulah titik akhirnya.